Seminggu terakhir media
massa diramaikan berita tawuran di kalangan pelajar SMA, khususnya tawuran yang
terjadi antara SMAN 6 Mahakam dan SMAN 70 Bulungan. Kasus tawuran yang terjadi pada SMAN 6 dan SMAN 70 dapat kita jadikan tolok
ukur seberapa berhasil sosialisasi yang dilakukan para agen sosialisasi,
seperti keluarga, guru, dan teman bermain.
Para agen sosialisasi
telah gagal mencegah terjadinya tawuran,misalnya agen sosialisasi yang utama,
yaitu keluarga. Keluarga modern cenderung mengutamakan fungsi ekonomi, kedua
orang tua, ayah dan ibu, bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kehidupan,tetapi mengabaikan fungsi sosialisasi. Dialog antara anak dan orang
tua sangat kurang karena sang anak dan orang tuanya jarang berinteraksi,
akibatnya orang tua tidak sempat melakukan sosialisasi nilai-nilai universal
dalam masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan seperti cinta
sesama, berkelakuan baik, perdamaian. Fungsi sosialisasi penting untuk
dilakukan keluarga karena hasil sosialisasi dari keluarga akan membentuk
fondasi dasar kepribadian sang anak.
Agen sosialisasi kedua
adalah guru. Sayangnya para guru cenderung mengejar target menyampaikan materi
pelajaran sesuai kurikulum agar sang murid bisa mendapat nilai bagus saat
ujian,terutama agar sang murid lulus ujian nasional (UN).Harus lulus UN dan
pencarian jati diri murid menjadi tantangan untuk guru dalam menyeimbangkan
keduanya. Jika pencarian jati diri tidak direspons dengan baik, para murid bisa
salah arah dengan melakukan kegiatan yang negatif seperti tawuran.
Ketiga, agen
sosialisasi yang juga punya pengaruh besar kepada para pelajar SMA adalah teman
bermain atau teman sebaya. Pada usia seperti ini para siswa/i cenderung mendengarkan
perkataan temannya dikarenakan interaksi antara siswa/i dengan temannya lebih
tinggi dibandingkan dengan orang tua ataupun guru. Apalagi mereka berusaha
untuk conform. Konformitas tidak dapat dihindari dalam konteks pergaulan
pelajar SMA. Jika tidak conform, mereka dimusuhi oleh teman-temannya.
Para
agen sosialisasi
tidak dapat berjalan sendiri-sendiri,orang tua, guru, dan teman bermain
harus
bekerja sama sehingga hasil sosialisasi kepada para generasi penerus
bangsa ini
dapat sesuai harapan, yaitu menjadi generasi yang bebas dari
kekerasan. Keadaan seperti itu bukan hanya utopia, tetapi bisa
direalisasi. Hanya butuh
waktu, kerja sama para agen sosialisasi, dan komitmen. Harapan itu masih
ada...
Muhammad Haikal Akbar Lasabuda
Mahasiswa Sosiologi UI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar