Sabtu, 23 Februari 2013

Hilangnya Peran Agen Sosialisasi

Seminggu terakhir media massa diramaikan berita tawuran di kalangan pelajar SMA, khususnya tawuran yang terjadi antara SMAN 6 Mahakam dan SMAN 70 Bulungan. Kasus tawuran yang terjadi pada SMAN 6 dan SMAN 70 dapat kita jadikan tolok ukur seberapa berhasil sosialisasi yang dilakukan para agen sosialisasi, seperti keluarga, guru, dan teman bermain.
Para agen sosialisasi telah gagal mencegah terjadinya tawuran,misalnya agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga. Keluarga modern cenderung mengutamakan fungsi ekonomi, kedua orang tua, ayah dan ibu, bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan,tetapi mengabaikan fungsi sosialisasi. Dialog antara anak dan orang tua sangat kurang karena sang anak dan orang tuanya jarang berinteraksi, akibatnya orang tua tidak sempat melakukan sosialisasi nilai-nilai universal dalam masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan seperti cinta sesama, berkelakuan baik, perdamaian. Fungsi sosialisasi penting untuk dilakukan keluarga karena hasil sosialisasi dari keluarga akan membentuk fondasi dasar kepribadian sang anak.
Agen sosialisasi kedua adalah guru. Sayangnya para guru cenderung mengejar target menyampaikan materi pelajaran sesuai kurikulum agar sang murid bisa mendapat nilai bagus saat ujian,terutama agar sang murid lulus ujian nasional (UN).Harus lulus UN dan pencarian jati diri murid menjadi tantangan untuk guru dalam menyeimbangkan keduanya. Jika pencarian jati diri tidak direspons dengan baik, para murid bisa salah arah dengan melakukan kegiatan yang negatif seperti tawuran.
Ketiga, agen sosialisasi yang juga punya pengaruh besar kepada para pelajar SMA adalah teman bermain atau teman sebaya. Pada usia seperti ini para siswa/i cenderung mendengarkan perkataan temannya dikarenakan interaksi antara siswa/i dengan temannya lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua ataupun guru. Apalagi mereka berusaha untuk conform. Konformitas tidak dapat dihindari dalam konteks pergaulan pelajar SMA. Jika tidak conform, mereka dimusuhi oleh teman-temannya.
Para agen sosialisasi tidak dapat berjalan sendiri-sendiri,orang tua, guru, dan teman bermain harus bekerja sama sehingga hasil sosialisasi kepada para generasi penerus bangsa ini dapat sesuai harapan, yaitu menjadi generasi yang bebas dari kekerasan. Keadaan seperti itu bukan hanya utopia, tetapi bisa direalisasi. Hanya butuh waktu, kerja sama para agen sosialisasi, dan komitmen. Harapan itu masih ada...

Muhammad Haikal Akbar Lasabuda
Mahasiswa Sosiologi UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar